Banyak sekali penghobi burung yang
berniat menangkarkan cucak ijo atau cucak hijau. Pertanyaan standar yang
disampaikan adalah bagaimana memilih calon indukan cucak ijo yang bagus
serta menjodohkan cucak ijo tersebut.
Sebenarnya ada beberapa penangkar cucak
ijo yang sudah sukses. Di web kicaumania.or.id misalnya pernah Om
Bambang Is Malang (Moderator Breeding Kacer/Burung lain KM) bercerita
tentang sukses dia menangkarkan cucak ijo. Juga Om Arkum2x (Moderator
Breeding KM) yang bercerita melakukan eksperimen breeding cucak ijo di
tempat temannya.
Hanya saja, karena secara ekonomi menangkar cucak ijo tidak menguntungkan, maka banyak yang ditinggalkan. Para penangkar lebih suka menangkar murai batu, cucakrowo, kenari atau lovebird.
Sedangkan cerita yang ingin saya sampaikan adalah kisah sukses menangkar cucak ijo yang pernah dilakukan Lintang Songo BF Solo.
Tetapi ya itu, karena “tidak ekonomis”, maka Lintang Songo BF hanya
menangkarkan jalak bali, cucakrowo dan murai batu. Dalam sejarah
perjalanannya, Lintang Songo BF sukses menangkarkan jalak suren, jalak
putih, kacer, anis kembang
dan cucak ijo. Khusus untuk cucak ijo, hanya beranak sampai dua kali
dan setelah itu ditinggalkan. Penangkaran lain seperti jalak suren,
jalak putih, kacer dan anis kembang juga ditinggalkan. Yang bertahan dan
dikembangkan serius adalah jalak bali, dan cucakrowo. Sedangkan murai
batu, hanya disisakan satu indukan bagus, Hercules dengan betina anakan
dari Alpacino.
Kandang, indukan, penjodohan
Proses penjodohan seperti dilakukan Om Angin (KM). (Foto: Koleksi Om Angin di photobucket.com)
Untuk memilih indukan jantan, pilih saja cucak ijo yang sehat, tidak cacat fisik dan
gacor
dengan perkiraan usia di atas 2 tahun. Sedangkan betinanya, bisa
dipilih yang usia di atas 1 tahun, mulus dan sudah mau bunyi kalau
didekatkan dengan cucak ijo jantan. Pilihlah jantan dan betina
yang jinak,
dalam arti tidak takut lagi dengan manusia. Soal asal cucak ijo, pilih
sesuai keinginan Anda. Bisa asal Sumatera, Blora, Jember, Banyuwangi
atau dari manapun.
Setelah calon indukan dipilih kemudian
kita melakukan proses penjodohan. Proses penjodohan bisa dilakukan
dengan kandang penjodohan, yakni sangkar bersekat yang sekatnya bisa
kita ambil sewaktu-waktu. Jika tidak punya sangkar sekat, bisa gunakan
sangkar harian biasa.
Penjodohan dilakukan dengan selalu
menempelkan sangkar si jantan dan betina berdempetan. Dengan posisi ini,
maka jantan yang sudah birahi pada tahap awal akan selalu berkicau
mengarah si betina. Si betina juga akan menanggapi dengan siulan-siulan
khas betina. Jika belum mau berjodoh, betina akan menghindar dengan cara
menjauh dan bersikap cuek. Proses penjodohan ini bisa berlangsung lama
atau sebentar tergantung dari kondisi birahi masing-masing.
Ada baiknya dalam proses penjodohan ini
kita memperhatikan apa yang pernah disampaikan Om Arkum. Dia mengatakan
bahwa dalam tahap penjodohan, dia biasanya melihat dulu apakah burung
secara umur sudah siap atau belum, kemudian sudah birahi atau belum.
Faktor birahi sangat mempengaruhi proses penjodohan, cepat atau tidak
dan berantem atau tidak dan ini juga di pengaruhi umur burung. “Trik
yang sering saya pergunakan untuk menjodohkan burung adalah dengan
kandang sekat. Jadi suatu saat untuk melihat jodoh atau tidak, saya
tinggal menarik pembatas kandang sekat yang ada di tengah,” katanya.
Proses penjodohan, dengan memandikan bareng, seperti dilakukan Om Angin (KM). (Foto: Koleksi Om Angin di photobucket.com)
Untuk membuat burung cepat jodoh, dia biasanya melakukan hal sebagai berikut:
1. Hari pertama diberi EF yang lebih dari biasa, misal jantan betina
diberi masing-masing 10 ekor jangkrik dan 10 ekor cacing dengan tujuan
agar keduanya terpacu birahinya.
2. Hari kedua, jatah jantan tetap dan jatah betina dikurangi, misal 10 : 5, hal ini ditujukan untuk tetap menjaga birahinya
3, Hari ketiga jatah jantan ditambah dan jatah betina dihilangkan.
Tujuannya pada saat si jantan birahi, dia akan memainkan EF di mulutnya,
dan pada saat yang bersamaan si betina kelaparan karena tidak mendapat
jatah makan, sehingga si betina akan berusaha meminta jatah makan dari
si jantan.
Proses ini bisa dilanjutkan untuk
beberapa hari ke depan. Lamanya tergantung burung itu sendiri, bisa
sehari, 2 hari atau mungkin 1 bulan belum jodoh.
Proses penjodohan seperti itu pula yang dilakukan Mas Samino di Lintang Songo BF
Solo. Proses penjodohan ini dilakukan selama hampir sebulan sampai jantan betina mau bercampur tanpa tarung lagi.
Untuk mengetahui apakah mereka bisa akur
atau tidak, sesekali mereka dicampur terutama di saat dimandikan di
karamba. Kalau mereka tidak tengkar, maka bisa dicoba dijadikan satu.
Kalau masih ada tanda-tanda bertengkar, maka perlu dipisah lagi. Lakukan
hal itu sampai burung benar-benar mau dikumpulkan jadi satu tanpa
saling serang.
Sekadar tips dari saya, jika burung Anda sulit atau lama berjodoh, maka Anda bisa menggunakan BirdMature. BirdMature adalah produk untuk meningkatkan birahi burung secara cepat, terutama untuk burung-burung penangkaran. BirdMature sudah teruji di kandang penangkaran lovebird punya Om Dwi, DT BF Jogja, dan penangkaran murai batu Black BF Cilacap.
Setelah penjodohan selesai, maka kedua burung langsung dimasukkan ke kandang penangkaran.
Manajemen pakan penangkaran cucak ijo
Untuk persoalan penyediaan sarang dan sarana-prasarana lain, Anda bisa melihatnya lagi di artikel Kandang penangkaran burung.
Sementara untuk penangkaran dengan sangkar gantung, meski sudah
berhasil bertelur seperti yang dilakukan Om Angin Jakarta, tetapi belum
ada informasi apakah sudah bisa menetas (sudah terjadi perkawinan,
mengeram tenang dan menetas). Sedangkan untuk masalah pakan, burung
cucak ijo bisa saja diberikan dengan pola standar berupa voer, serangga,
cacing dan buah-buahan. Namun demikian pemberian pakan untuk burung
penangkaran harus lebih banyak porsinya ketimbang burung untuk
peliharaan harian.
Cucak ijo betina dan telur di sangkar gantung punya Om Angin. (Foto: Koleksi Om Angin di photobucket.com)
Hanya saja, perlu diingat, pemberian
asupan yang tidak seimbang justru akan memperlama proses produksi.
Penggunaan voer untuk ayam broiler misalnya, memang meningkatkan jumlah
protein, tetapi pada saat yang sama jumlah lemaknya pun banyak. Padahal,
burung penangkaran yang kegemukan, akan sulit bereproduksi dengan baik.
Begitu juga dengan voer yang biasa digunakan untuk burung kicau harian,
secara umum sudah baik, namun kandungan mineralnya seringkali tidak
bisa kita pastikan karena banyak voer yang dijual tanpa disertai
keterangan komposisi isi yang memadai. Dalam kaitan inilah saya
menyarankan ke beberapa penangkar untuk memberikan multi vitamin dengan
komposisi yang pas untuk burung.
Multivitamin yang bagus setidaknya
mengandung vitamin utama, yakni A, D3, E, B1, B2, B3 (Nicotimanide) B6,
B12, C dan K3; zat esensial seperti D-L Methionine, I-Lisin HCl, Folic
Acid (sesungguhnya adalah salah satu bentuk dari Vitamin B) dan Ca-D
Pantothenate. Untuk referensi ini, silakan baca tentang produk
Pada saat yang sama, burung di penangkaran membutuhkan mineral
yang komplit dan seimbang. Unsur Ca dan K misalnya, harus benar-benar
tercukupi sehingga proses pembuatan cangkang telur bisa berlangsung
dengan baik. Lebih dari itu, kekurangan mineral pada burung akan menyebabkan beberapa kendala dalam penangkaran, antara lain bulu
lemah, tidak mulus, kusam; terkena rachitis (tulang-tulang lembek,
bengkok dan abnormal); paralysa (lumpuh); perosis (tumit bengkak); anak
burung mati setelah menetas; mengalami urat keting (tendo); terlepas
sendinya, tercerai (luxatio); paruh meleset, kekurangan darah sehingga
pucat dan lemah; tidak juga segera bertelur, telur kosong, produktivitas
rendah, dan daya tetas rendah, serta kematian embrio tinggi. Untuk
menghindari hal itu, ada baiknya Anda mengetahui masalah mineral burung.
Masa mengeram
Indukan cucak ijo Om Bambang Is (KM). (Foto: Koleksi Om Bambang Is di photobucket.com)
Seperti halnya penangkaran burung pada
umumnya, cucak ijo membutuhkan lingkungan yang tenang. Paling tidak,
harus terbebas dari gangguan predator (kucing, tikus dll). Sementara
untuk menghindarkan burung dari serangan penyakit yang berasal dari
parasit, maka Anda harus memastikan kandang yang relatif bebas parsit
dan serangga pengganggu seperti semut dan kecoak.
Parasit pengganggu burung di penangkaran ada macam-macam. Jika tidak
ditangani secara serius, maka akan menyebabkan betina tidak nyaman dalam
mengeram. Akibatnya, burung tidak tenang dan selalu turun dari sarang.
Jika ini berulang terjadi, maka dipastikan telur tidak bisa menetas
karena tidak mendapatkan suhu pengeraman yang stabil. Kadang-kadang,
gangguan parasit juga menyebabkan indukan berlaku agresif dan bisa
mengobrak-abrik sarang, makan telur sendiri, dan lain-lain.
Selama masa mengeram, ekstra fooding
perlu dikurangi dengan tujuan agar kedua burung tidak naik birahinya
yang juga sering menyebabkan mereka berlaku agresif baik terhadap
pasangan amupun terhadap telur yang sedang dierami.
Setelah usia pengeraman 14 hari, maka
telur burung cucak ijo akan menetas. Untuk mengantisipasi masa menetas,
maka mulai hari ke-12 pengeraman, Anda perlu meningkatkan jumlah ekstra
fooding dan menyediakan kroto sebagai pakan pertama yang akan diberikan
indukan kepada anakannya.
Manajemen anakan
Dua piyikan cucak ijo Om Bambang Is. (Foto: Koleksi Om Bambang Is)
Jika telur telah sukses menetas, maka
anakan cucak ijo bisa Anda petik antara sia 5-10 hari. Kalau kurang
dari 5 hari, kondisi burung terlalu lemah dan kadang menyulitkan kita
untuk menyuapkan pakan. Sementara jika lebih dari 10 hari, burung sudah
takut dengan manusia. Akibatnya, mereka takut disuapi dan pada saat yang
sama mereka belum bisa makan sendiri. Selanjutnya, ya bisa mati-lah
anak-anak cucak ijo.
Anak-anak cucak ijo bisa Anda letakkan di
wadah apa saja yang penting ada landasan dengan bahan yang sama dengan
yang dibuat untuk membuat sarang di kandang penangkaran. Untuk landasan
teratas bisa kita beri kapas agar lembut dan tidak melukai anakan
burung. Anakan di wadah khusus itu kemudian bisa Anda letakkan di dalam
kotak kayu atau kotak apa saja, dengan diberi lampu penghangat.
Piyikan Om Bambang Is. (Foto: Koleksi Om Bambang Is)
Sedangkan untuk pakan anakan cucak ijo
yang diambil pada usia 5-10 hari, Anda bisa menyiapkan kroto yang
benar-benar bersih dari kotoran dan bangkai semut. Suapkan perlan-pelan
dengan alat suap yang bisa Anda buat seperti penjepit yang terbuat dari
bambu. Atau Anda bisa membuat dengan bentuk apapun yang penting bisa
untuk menyuapkan kroto ke paruh burung anakan. Kroto yang akan Anda
berikan, perlu ditetes air sedikit sehingga memudahkan burung anakan
untuk menelannya.
Untuk burung-burung di atas usia 7 hari,
Anda juga bisa memberikan kroto yang dicampur dengan adonan voer. Untuk
memastikan kecukupan vitamin dan mineral anakan burung, Anda perlu menambahkan BirdVit ke dalamnya.
Anakan burung pada usia 15 hari ke atas, Anda sudah bisa mulai
memberikan jangkrik kecil yang dibersihkan kaki-kakiinya, dan dipencet
kepalanya. Atau kalau untuk pemberian di masa-masa awal, jangan
disertakan kaki dan kepalanya. Lebih baik lagi kalau Anda bisa
memberikan jangkrik yang sedang mabung, yakni masih lembut dan berwarna
putih.
Ketika anakan burung sudah mulai
meloncat-loncat kuat di dalam boks sarang, Anda bisa memindahkannya ke
dalam sangkar gantung. Hanya saja perlu diingat, dasar sangkar gantung
tetap diberi landasan bahan yang sama dengan bahan pembuat sarang.
Tujuannya adalah mencegah kaki burung anakan cedera. Sementara untuk
tangkringan harus dibuat bertingkat agar burung juga belajar meloncat
antar tangkringan.
Sementara itu untuk manajemen indukan
pasca anakan diambil, Anda bisa menyetting pakan untuk indukan seperti
pada masa pasca penjodohan. Setelah anakan diambil, biasanya 7-10 hari
setelahnya, betina mulai bertelur lagi. Hal ini berulang terus dan akan
mengalami perubahan ketika burung mengalami masa mabung. Mabung pada
cucak ijo pada umumnya memang tidak sekaligus bulu ambrol dalam rentang hari yang pendek, tetapi nyulam-nyulam.
Dengan model mabung seperti ini, maka tidak mengherankan masih ada juga cucak ijo yang tetap betelur meski bulu
mulai jatuh. Namun demikian, ada juga yang berhenti berproduksi
seketika. Hal ini memerlukan kecermatan Anda untuk memberikan asupan
yang bagus untuk burung penangkaran, sehingga meskipun kondisi fisik
terlihat tidak fit, tetapi tetap saja mau berproduksi. Lain masalahnya
kalau proses nyulamnya memang tinggi, yakni bulu banyak sekali yang
berjatuhan, maka Anda harus bersabar untuk menunggu burung menyelesaikan
masa mabung, rekondisi dan siap lagi berproduksi.
Belum ada tanggapan untuk "Belajar Menangkar Cucak Ijo Buat Pemula"
Post a Comment